Biaya daftar: 2,5 juta-2,8 juta. Biaya bulanan: 160ribu-170ribu.

Kontak WA Putra: 0822-2667-4747; Putri: 0858-1500-0572

Sayid Salman Husaini Nadwi

salman nadwi

Sayid Salman Al-Husaini Nadwi: Ulama Kontemporer dan Pemikir Islam India adalah salah satu Mahaguru dari Ahmad Fatih Syuhud, pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang.

Pendahuluan

Sayid Salman Al-Husaini Nadwi, yang juga dikenal sebagai Maulana Salman Husaini Nadwi, adalah seorang ulama dan profesor terkemuka dalam ilmu-ilmu Islam dari India. Lahir pada tahun 1954 di Lucknow, Uttar Pradesh, India, beliau merupakan seorang sarjana yang produktif dalam bahasa Arab dan Urdu. Sebagai mantan Dekan Fakultas Dakwah di Darul Uloom Nadwatul Ulama di Lucknow, Nadwi telah memainkan peran penting dalam pendidikan Islam, dakwah, dan pemikiran kontemporer. Keturunannya dapat ditelusuri kembali ke Husayn ibn Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, dan ibunya adalah keponakan dari ulama besar Abul Hasan Ali Hasani Nadwi, yang memberikan pengaruh mendalam bagi beliau. Hingga kini, pada usia sekitar 71 tahun (per 2025), Nadwi tetap aktif sebagai pemimpin komunitas Muslim India dan pengaruh global dalam dakwah.

Baca juga: Pondok Pesantren Kitab Kuning

Latar Belakang dan Pendidikan Sayid Salman Husaini Nadwi

Sayid Salman Nadwi lahir pada 1954 di Lucknow, kota yang menjadi pusat intelektual Islam di India utara. Keluarganya berasal dari garis keturunan syarif yang mulia, dengan hubungan erat ke keluarga ulama Nadwi yang terkenal. Ibunya, sebagai keponakan Abul Hasan Ali Nadwi (1914–1999), seorang pemikir Islam terkemuka yang menulis lebih dari 50 buku dan memimpin Nadwatul Ulama, memberikan Nadwi akses awal ke lingkungan ilmiah yang kaya. Pendidikan dasarnya dimulai di sekolah cabang Darul Uloom Nadwatul Ulama, di mana beliau menghafal Al-Qur’an pada usia muda.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di bidang studi Islam, Nadwi melanjutkan ke program sarjana di Fakultas Syariah dan Usuluddin di Darul Uloom Nadwatul Ulama, sebuah lembaga bergengsi yang didirikan pada 1898 untuk mengintegrasikan ilmu tradisional dan modern. Beliau lulus pada 1974. Pada tahun yang sama, bersama sekelompok lulusan lainnya, Nadwi mendirikan Jam’iat Shabab al-Islam (Majelis Pemuda Islam), organisasi yang kini menjadi salah satu yang terbesar dan paling aktif di India untuk pemuda Muslim. Pada 1976, beliau menyelesaikan gelar master di bidang Hadis (al-Hadith al-Sharif wa Ulumuhu) dari institusi yang sama.

Untuk studi lanjutan, Sayid Salman Nadwi belajar di Universitas Islam Madinah di Arab Saudi, di mana beliau menyelesaikan disertasi doktoral berjudul Jam’ Alfaz al-Jarh wa ‘l-Ta’dil wa Dirasatuha min Kitab Tahdhib al-Tahdhib li ‘l-Hafiz Ibn Hajar. Disertasi ini dibimbing oleh ulama hadis terkemuka, Abd al-Fattah Abu Ghuddah, dari siapa Nadwi belajar secara mendalam dan menjadi salah satu murid kesayangannya. Pengalaman ini memperkaya pengetahuan beliau dalam ilmu hadis, fiqih, dan usuluddin.

Kontribusi Sayid Salman Husaini Nadwi di Nadwatul Ulama dan Organisasi Lain

Karier Sayid Salman Nadwi dimulai setelah kembali ke India, di mana beliau diangkat sebagai dosen Hadis di Nadwatul Ulama, kemudian menjadi profesor tetap. Beliau menjabat sebagai Dekan Fakultas Dakwah (dan dalam beberapa sumber disebut sebagai Fakultas Syariah), memimpin pengajaran dan penelitian di salah satu seminari Islam terbesar di dunia yang menarik siswa dari berbagai mazhab. Nadwatul Ulama, yang didirikan pada 1893, menjadi platform utama Nadwi untuk mempromosikan pendidikan Islam yang seimbang antara tradisi dan modernitas, mirip dengan visi pamannya, Abul Hasan Ali Nadwi.

Selain itu, Sayid Salman Nadwi menjabat sebagai Presiden Jam’iat Shabab al-Islam, Kanselir Darul Uloom Syed Ahmad Shaheed di Katoli, dan Ketua Dr. Abdul Ali Unani Medical College and Hospital. Beliau juga pendiri berbagai perguruan tinggi kedokteran, IT, dan teknik di India, menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan pendidikan holistik bagi umat Muslim. Sebagai editor dan co-editor 13 majalah dalam bahasa Inggris, Urdu, Persia, dan Arab yang diterbitkan di India dan luar negeri, Nadwi memfasilitasi penyebaran pengetahuan Islam secara luas. Pada 2024, beliau terpilih sebagai salah satu dari 100 Muslim India Paling Berpengaruh oleh MuslimMirror.

Karya dan Pengaruh Global Sayid Salman Al-Husaini Nadwi

Sayid Salman Nadwi adalah penulis produktif dengan karya-karya ilmiah dalam Arab dan Urdu, termasuk syarah (penjelasan) atas Mishkat al-Masabih berjudul Masha’il al-Masabih, yang dibagi menjadi beberapa volume seperti Kitab al-Iman (Kitab Iman), Kitab al-Ilm (Kitab Ilmu), dan Kitab al-Taharah (Kitab Thaharah), diterbitkan oleh Institut Studi Syariah Nadwatul Ulama pada 2015. Karya-karyanya mencakup hadis, fiqih, sejarah Islam, dan isu kontemporer, sering kali menekankan dakwah melalui Al-Qur’an.

Pengaruh global Nadwi terlihat dari keanggotaannya di Dewan Pengawas International Union of Muslim Scholars (IUMS), di mana beliau menyampaikan pidato pada 2023 tentang “Jihad melalui Al-Qur’an” dengan menyerukan “penyerbuan” Eropa, Amerika, dan dunia melalui penjelasan dan penjualan Al-Qur’an, mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW. Beliau juga aktif dalam konferensi internasional, seperti pidato di Ba’Alawi Kuala Lumpur pada 2011 tentang Hijrah Nabawiyah dan persatuan ummah. Di India, Nadwi dikenal sebagai pembicara karismatik melalui saluran YouTube resminya (@salmannadwiofficial) dan halaman Facebook dengan lebih dari 246.000 pengikut, di mana beliau membagikan kuliah tentang Al-Qur’an, hadis, dan isu sosial.

Sayid Salman Nadwi juga terlibat dalam perdebatan kontroversial, seperti kritiknya terhadap Himpunan Ulama Senior Saudi mengenai Ikhwanul Muslimin pada 2020, di mana beliau menuduh mereka menyerang “hamba-hamba saleh Allah” alih-alih mendukung kebenaran. Hal ini mencerminkan pandangannya yang pro-pan-Islamisme dan kritis terhadap nasionalisme yang bertentangan dengan persatuan umat.

Warisan dan Pengaruh Sayid Salman Al-Husaini Nadwi

Sayid Salman Nadwi dianggap sebagai pewaris visi reformasi Islam dari pamannya, Abul Hasan Ali Nadwi, dengan fokus pada dakwah, pendidikan, dan persatuan umat. Ribuan muridnya tersebar di seluruh dunia, dan organisasi seperti Jam’iat Shabab al-Islam terus aktif di bawah pengaruhnya. Karya-karyanya, seperti Masha’il al-Masabih, menjadi rujukan utama dalam studi hadis di India dan Arab. Pada 2024, beliau diakui sebagai salah satu tokoh Muslim India paling berpengaruh, berkontribusi pada dialog antaragama dan pembelaan hak Muslim di India.

Warisannya mencakup integrasi ilmu agama dengan kemajuan modern, serta panggilan untuk dakwah global yang damai namun tegas. Seperti yang beliau katakan dalam pidato IUMS, “Kita akan menaklukkan mereka di tanah mereka sendiri melalui kitab Allah,” menggambarkan komitmennya terhadap penyebaran Islam secara intelektual.

Kesimpulan

Sayid Salman Al-Husaini Nadwi adalah simbol keilmuan Islam kontemporer yang dinamis, menggabungkan tradisi keluarga syarif dengan pemikiran modern. Melalui Nadwatul Ulama, karya tulisnya, dan kepemimpinannya di organisasi Islam, beliau telah meninggalkan jejak abadi dalam pendidikan dan dakwah. Kehidupannya mengajarkan pentingnya ilmu, persatuan, dan dakwah sebagai jihad intelektual di era global.

Tinggalkan Balasan

Kembali ke Atas