Biaya daftar: 2,5 juta-2,8 juta. Biaya bulanan: 160ribu-170ribu.

Kontak WA Putra: 0822-2667-4747; Putri: 0858-1500-0572

Profil KH Syuhud Zayyadi

Profil KH Syuhud Zayyadi

Profil KH Syuhud Zayyadi. Kyai Syuhud adalah Pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Al-Khoirot. Ia belajar ilmu agama sejak kecil. Guru ngaji pertamanya adalah ayah beliau sendiri yaitu Kyai Zayyadi yang juga pengasuh pesantren Madukawan, Pamekasan Madura. Setelah itu beliau belajar di sejumlah pesantren baik di dalam maupun luar negeri.

Daftar isi

  1. Profil Singkat Kyai Syuhud Zayadi
  2. Masa Belajar
  3. Filosofi dan Metode Dakwah
  4. Muhibbin Pecinta Habaib
  5. 4 Tipe Habaib dan Sikap Kyai Syuhud 
  6. Infrastruktur dengan Biaya Sendiri
  7. Pesantren untuk Dakwah, Bukan Bisnis
  8. Karya Tulis: Sholawat Al-Khoirot

PROFIL SINGKAT KH. M. SYUHUD ZAYYADI

Nama lengkap: KH. Muhammad Syuhud Zayyadi
TTL (tempat tanggal lahir):  Madukawan, Pamekasan, Madura, 1930.
Nama ayah: KH Zayyadi
Nama Ibu: Nyai Salma binti Kyai Abdul Hamid bin Itsbat.
Pendidikan: PP Bata-bata Pamekasan, pp Syaikhona Kholil Bangkalan, Makkah Arab Saudi.
Jabatan:
– Pendiri Pondok Pesantren Al-Khoirot (PPA) 1963.
– Pengasuh PPA dari 1963-1993
Mahaguru (Masyayikh):
– Sayid Amin Al-Kutbi, Makkah.
– Sayid Alawi Al-Maliki, Makkah.
– Syaikh Yasin Al-Fadani, Makkah.
– KH. Abdul Madjid bin Abdul Hamid Bata-bata, Pamekasan.
– KH Zayyadi, Madukawan, Pamekasan.
– KH. Thoha Pondok Pesantren Al-Falah Sumbergayam Pamekasan
– KH. Imron Kholil Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan
Wafat: PPA Karangsuko, Malang, 1993.

MASA BELAJAR

Saat kecil, beliau belajar ilmu agama pada ayah dan ibunya sendiri yaitu KH. Zayyadi dan Nyai Hj. Salmah. Setelah remaja beliau belajar di pesantren Bata-bata yang diasuh oleh pamannya sendiri yaitu KH. Abdul Majid bin Abdul Hamid bin Itsbat. Setelah itu beliau meneruskan nyantri ke Pondok Pesantren Saikhona Kholil Bangkalan yang saat itu diasuh oleh KH. Imron Kholil, sebelum kemudian meneruskan mengaji ke Makkah Al Mukarromah. Di Makkah beliau berguru pada beberapa masyayikh ternama yang terutama adalah Sayyid Amin Al-Kutbi dan Sayyid Alwi Al-Maliki ayah dari Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.

Lima tahun berada di Makkah beliau pulang dan menikah dengan Nyai Hj. Masluhah Muzakki Gondanglegi, Malang pada tahun 1957. Tidak lama kemudian pada 1963 beliau pindah ke desa Karangsuko kecamatan Gondanglegi dan mendirikan pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Al-Khoirot.

Pada 1993 KH. Syuhud Zayyadi meninggal dunia dan pimpinan pesantren diteruskan oleh menantunya yaitu KH. Zainal Ali Suyuthi yang masih ada hubungan keponakan misan (ayah KH. Zainal Ali ada hubungan kerabat sepupu [Jawa: misanan] dengan KH. Syuhud.

FILOSOFI DAN METODE DAKWAH KH. SYUHUD ZAYYADI

Kyai Syuhud memiliki pandangan yang diwarisi dari para masyayikhnya terkait cara dakwah sebagai berikut:

  1. Dakwah amar makruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim sebagai perintah langsung dari Al-Quran dan Sunnah.
  2. Cara berdakwah harus dilakukan sebisa mungkin dengan tanpa kekerasan dan tanpa kekasaran. Melainkan dengan cara yang lembut terutama karena dakwah yang dilakukan pada sesama muslim (QS Al-Fath 48:29).
  3. Dakwah paling ideal adalah melalui lembaga pendidikan agama seperti pesantren dan madrasah. Karena cara ini adalah cara paling halus, lembut dan paling sedikit goncangan sosialnya serta paling terlihat hasilnya.
  4. Dakwah di luar jalur pendidikan dilakukan dengan langkah persuasif dan akhlak mulia.  Dakwah ini dilakukan dengan tanpa sikap yang frontal pada kalangan abangan atas perilaku yang kurang syar’i. Melainkan dengan sikap mengayomi, dan membimbing mereka pada saat yang tepat. Cara dakwah seperti ini merebut hati dan pikiran umat terutama di desa Karangsuko. Sehingga, jalan di sebelah barat pesantren diberi nama dengan Jalan Kyai Syuhud Zayyadi (walaupun dengan ejaan yang salah: Jalan Kyai Zuhud Jayadi).

MUHIBBIN (PECINTA) PARA HABAIB

Kyai Syuhud dikenal di kawasan Malang sebagai ulama dermawan yang mencintai habaib, para dzurriyah (keturunan) Rasulullah. Pintu rumah terbuka 24 jam untuk mereka. Bantuan apapun yang diminta akan berusaha dikabulkan.

Padahal beliau bukanlah orang kaya. Kehidupan ekonominya bisa dianggap pas-pasan. Namun itu tidak menghalanginya untuk membantu para habib yang datang meminta bantuan.

4 GOLONGAN HABIB DAN SIKAP KYAI SYUHUD

Walaupun Kiai Syuhud adalah seorang muhibbin sejati terhadap para habaib, namun beliau memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi perilaku para habaib sesuai dengan sikap mereka.

Secara garis besar, habaib dapat dibagi ke dalam empat kategori.

Pertama, Habib yang berilmu, berakhlak mulia, dan berdakwah dengan cara lembut.
Kedua, habib yang berilmu, berakhlak mulia dan berdakwah dengan cara keras.
Ketiga, habib tidak berilmu, tapi berakhlak mulia.
Keempat, habib tidak berilmu dan tidak berakhlak mulia (dan bahkan pendosa).

Pada habib golongan pertama, Kyai Syuhud akan menghormati dan mencintai mereka seperti layaknya menghormati dan mencintai Rasulullah. Karena mereka merepresentasikan akhlak dan perilaku Rasulullah itu sendiri. Golongan ini saat ini bisa dilihat pada diri Habib Umar bin Hafizh dan Habib Ali Al-Jufri Yaman. Pada zaman beliau, terdapat Sayid Amin Al-Kutbi, Sayid Alawi Al-Maliki, Sayid Muhammad bin Alawi Al-Maliki.

Pada golongan kedua, Kiai Syuhud akan menghormati keilmuannya dan darah keturunannya tapi tidak akan mengikuti langkah dakwahnya. Namun semua itu beliau lakukan tanpa menghina atau merendahkannya. Salah satu contohnya, saat habib Ali Al-Habsyi berkunjung ke Al-Khoirot, beliau disambut dan dihormati sebagai habib dan ulama. Begitu juga saat meminta meminta agar pidatonya dimasukkan speaker (TOA, pengeras suara masjid) juga dipenuhinya. Namun saat pidato Habib Ali mulai berisi ujaran kebencian dan ajakan kekerasan, TOAnya dimatikan tapi tetap membiarkan pidato sang Habib sampai selesai.

Pada habib golongan ketiga, kiai Syuhud menghormatinya sebagai zuriyah Rasul, membantunya apabila perlu pertolongan dan menjadikan mereka sebagai teman dekat.

Pada habib golongan keempat, kiai Syuhud tetap menghormatinya dan membantunya apabila perlu. Namun akan mengingatkan mereka apabila berbuat maksiat di depannya. Sebagaimana pernah terjadi, seorang habib datang dalam keadaan mabuk dan berbicara ngawur, kyai mengingatkan dia.

MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PESANTREN DENGAN BIAYA SENDIRI

Dalam soal pembangunan infrastruktur Kyai Syuhud memiliki prinsip untuk tidak meminta bantuan pada siapapun selagi masih ada harta milik sendiri yang bisa digunakan untuk membiayai program pengembangan infrastruktur pondok.

PESANTREN UNTUK DAKWAH, BUKAN UNTUK BISNIS

Salah satu pesan Kyai Syuhud yang sering ditanamkan pada putra-putrinya adalah bahwa pesantren bertujuan untuk dakwah melalui pendidikan. Bukan untuk bisnis. Konsekuensinya adalah:

  1. Pengasuh tidak digaji dari pendapatan pondok.
  2. Pengasuh harus memenuhi kebutuhan ekonominya dari usaha sendiri.
  3. Pendapatan pondok dari manapun harus untuk kemaslahatan pesantren meliputi pengembangan infrastruktur, biaya operasional, gaji guru, peningkatan kualitas guru, dll.
  4. Semua tindakan dan perilaku pengasuh harus berdasarkan pada kepentingan umat, khususnya pesantren dan santri, bukan untuk kepentingan pribadi.
  5. Para pengasuh antar pesantren hendaknya bersinergi untuk meningkatkan kualitas pesantren masing-masing bukan berkompetisi untuk memperebutkan kepentingan dan pengaruh pribadi. Artinya, tidak boleh saling menjelekkan apalagi memfitnah

KARYA TULIS KYAI SYUHUD

Hampir semua karya tulis Kyai Syuhud Zayyadi ditulis dalam bentuk syair berbahasa Arab. Sebagaimana hal yang sama dilakukan oleh gurunya yaitu Sayid Amin Al-Kutbi. Syair yang ditulis mengenai sejumlah topik. Mulai dari doa, sholawat pada Rasulullah, sampai sejarah Wali Songo.

Berikut syair yang sebagian ditulis oleh Kyai Syuhud sedangkan sebagian yang lain ditulis oleh guru-guru beliau di Makkah yaitu Sayid Amin al-Kutbi dan Sayid Alawi Al-Maliki (ayah dari Sayid Muhammad bin Alawi Al-Maliki). :

Download versi pdf di sini.

Kembali ke Atas