Pesantren Aswaja NU (Nahdlatul Ulama)

Pesantren Aswaja NU (Nahdlatul Ulama)

Pesantren Aswaja NU (Nahdlatul Ulama) adalah pondok pesantren yang ulamanya berfaham Aswaja dan secara kultural berafiliasi ke ormas NU (Nadhatul Ulama). Pondok Pesantren Al-Khoirot termasuk salah satunya. Kendati pondok NU jarang menyematkan nama atau lambang NU di papan namanya, namun ada beberapa tanda dan ciri khas yang dapat dijadikan pertanda ke-NU-annya.

Ciri Khas Ponpes Aswaja NU

Pertama, mengikuti fikih madzhab Syafi’i. Salah satu tandanya adalah saat shalat subuh memakai qunut pada saat i’tidal rakaat kedua.

Secara garis besar, Aswaja meyakini bahwa fikih madzhab empat dan para ulama di dalamnya adalah pandangan fikih yang benar dan menjadi rujukan Aswaja seluruh dunia. Namun demikian, Aswaja di Indonesia memilih untuk mengikuti fikih mazhab Syafi’i sebagai sumber rujukan utama dan tiga madzhab lain dalam hal-hal tertentu.

Kedua, tahlilan. Setiap malam Jumat biasanya para santri membaca tahlil atau tahlil dan Yasin. Di sebagian tempat yang lain, ada juga yang membaca Shalawat Diba’. Di sebagian pondok NU yang lain, ada yang membaca hizib atau ratib. Baik hizbun nashar atau Ratib Haddad, manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani, dll.

Ketiga, kitab kajian yang digunakan adalah kitab-kitab klasik (kitab kuning) dari para ulama Aswaja terdahulu. Misalnya, dalam bidang fikih kitab Taqrib, Fat.hul Qorib, Fathul Muin, Fathul Wahab adalah di antara kitab-kitab yang umum dikaji di pondok Aswaja NU. Sedangkan untuk bidang tasawuf, yang sering dikaji adalah Ihya’ Ulumiddin dan Ta’limul Muta’allim. Di bidang aqidah atau tauhid, kitab Aqiatul Awam, Al-Jawahirul Kalamiyah, Al-Hushunul Hamidiyah, Tijan Darari, dll termasuk yang secara rutin dikaji. Di bidang Tafsir, kitab Tafsir Al-Jalalain adalah kitab yang paling populer, di samping kitab Tafsir Al-Munir karya Nawawi Al-Bantani. Di bidang Ushul Fikih, kitab Al-Ashbah wan Nazhair dikaji untuk tingkat lanjKt. Untuk ilmu gramatika bahasa Arab, kitab Ajurumiyah, Al-Amsilah Al-Tashrifiyah, Imriti, Nazham Maqsud, Al-Kailani, dan Alfiyah ibnu Malik adalah materi rutin di hampir seluruh pondok NU yang bersistem salaf murni atau kombinasi modern.

Keempat, dari segi biaya. Ponpes milik Aswaja NU umumnya berbiaya murah. Pendaftaran santri baru umumnya di bawah 3 (tiga) juta. Biaya bulanan juga murah, di luar makan, sekitar 100 s/d 300 ribu untuk yang bersistem kombinasi salaf-modern. Untuk yang murni salaf lebih murah lagi.

Selain Nahdhatul Ulama, pesantren lain yang berhaluan Aswaja di Indonesia adalah yang berada di bawah bendera Al-Washliyah di Sumatera, dan Nahdlatul Wathan (NW) di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pentingnya Belajar di Pesantren NU

Keluarga NU sangat dianjurkan memondokkan anaknya di pesantren NU yang secara kualitas bukan hanya tidak kalah dengan pesantren milik golongan lain, seperti Salafi/Wahabi. tapi secara kemampuan literatur Arab klasik (Quran dan Sunnah dan yang terkait)  jauh melebihi. Selain itu, manfaat warga Nahdliyin belajar di pondok Aswaja NU antara lain:

  1. Menghindari konflik dengan kedua orang tua.
  2. Terselamatkan dari paham Wahabi/Salafi yang bahkan oleh Kerajaan Arab Saudi, pencipta dan penyebar Wahabisme itu sendiri, dianggap  (a) membahayakan bagi kerukunan antar-golongan internal Islam karena sikapnya yang intoleran dengan menistakan golongan lain dalam bentuk mengafirkan, mensyirikkan dan membid’ahkan sesama muslim; dan (b) dianggap membahayakan antar agama terutama dari kelompok Wahabi terekstrim yaitu Wahabi Jihadi. yang menganggap non-muslim sebagai golongan yang harus diperangi.
Pesantren Aswaja NU (Nahdlatul Ulama)
Kembali ke Atas